Mata uang Asia Merosot
Mata uang Asia pekan lalu terpantau merosot, karena tanggapan badan kesehatan dunia/WHO terhadap Virus China meningkatkan kekhawatiran mengenai ketahanan infeksi. Pekan lalu, WHO menyatakan bahwa epidemi CoV dalam keadaan darurat secara global.
Investor masih memantau informasi mengenai epidemi ini yang merugikan kegiatan perekonomian dan tingkat kematian serta penyebaran yang semakin mengkuatirkan. China mencatat 45 kematian dan 2.590 kasus untuk 1 Februari. Total infeksi naik menjadi 14.380 di negara itu, dengan 304 kematian.
Pada pembukaan pasar China hari Senin, terpantau saham-saham mengalami penurunan karena liburan panjang serta efek CoV. Pasar telah ditutup sejak 23 Januari untuk liburan Tahun Baru Imlek dan pejabat pemerintah memperpanjang penutupan itu sampai Senin ditengah kekwatiran dan usaha pihak berwenang menangani wabah tersebut. Tokyo dan Australia juga mengalami penurunan pada harga saham.
Risiko nampak condong ke sisi negatif, dengan cakupan mutasi virus yang berpotensi semakin membahayakan dengan meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi.
Aussie dan Kiwi mengalami penurunan yang signifikan pada pekan lalu. Kiwi turun sebesar -2,16% dan Aussie turun sebesar -1,99%. Pada gambaran grafik diatas, Kiwi membentur ascending trendline pada kisaran harga 0,6453 total retracing dari kenaikan sebesar 50%FR lebih dengan menyisakan sedikit ruang kebawah menuju support di 0,6424. Dari sudut teknis, terlihat harga berada dibawah rata-rata 200 hari, Rsi pada zona oversold di level 30,62 dan MACD berada pada zona sell. Sedangkan Aussie jauh-jauh hari telah menjebol ascending trendline dan harga meluncur pada titik rendah di harga 0,6682 dengan menyisakan sedikit ruang tipis pada zona support di 0,6670. Teknis Rsi pada area oversold di level 23,90 dan MACD masih jauh didalam zona jual.
Untuk Aussie ada pengumuman tingkat suku bunga minggu ini, walaupun tidak ada harapan perubahan namun ada pernyataan dari Gubernur RBA yang patut untuk disimak, mengenai masa depan ekonomi Australia setelah dilanda kebakaran hebat dan dampak CoV yang mempengaruhi relasi perdagangan dengan China.
Ady Phangestu
Analis – hfindonesia
Disclaimer : Materi ini disediakan sebagai komunikasi pemasaran umum dengan tujuan hanya sebagai informasi semata dan bukan merupakan riset investasi independen. Di dalam komunikasi ini tidak bermuatan atau harus dianggap memuat saran investasi atau rekomendasi investasi atau permintaan untuk maksud pembelian atau penjualan instrumen keuangan apa pun. Semua informasi yang disajikan berasal dari sumber yang terpercaya dengan reputasi yang baik dan segala informasi yang memuat indikasi kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan atau indikator atas kinerja masa depan yang bisa diandalkan. Pengguna mengakui bahwa segala investasi dalam Produk dengan Leverage memiliki tingkat ketidakpastian tertentu dan bahwa segala investasi sejenis ini melibatkan risiko tingkat tinggi yang kewajiban dan tanggung jawabnya semata-mata ditanggung oleh pengguna. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari investasi apa pun yang dilakukan berdasarkan informasi yang disediakan dalam komunikasi ini. Dilarang produksi ulang atau mendistribusikan lebih lanjut komunikasi ini tanpa izin tertulis sebelumnya dari kami.
Peringatan Risiko : Perdagangan Produk dengan Leverage seperti Forex dan Derivatif mungkin tidak cocok bagi semua investor karena mengandung risiko tingkat tinggi atas modal Anda. Sebelum melakukan perdagangan, harap pastikan bahwa Anda memahami sepenuhnya kandungan risiko yang terlibat, dengan mempertimbangkan tujuan investasi dan tingkat pengalaman Anda dan bila perlu carilah saran dan masukan dari pihak independen.