USDIndex : Tinjauan Mingguan 01 – 05 Agustus 2022

USDIndex pada akhir pekan turun -0,42% ke level terendah 3 minggu. Penguatan harga saham pada hari Jum’at membatasi permintaan likuiditas untuk dolar, setelah S&P 500 naik +1.42%, ke level tertinggi 7 minggu. Sepanjang bulan Juli 2022, USDIndex masih unggul +1,1%.

Dolar pada hari Jum’at awalnya bergerak lebih tinggi, karena imbal hasil T-note naik di tengah kekhawatiran inflasi, setelah data indeks biaya tenaga kerja Q2 AS turun ke +1,3% dari +1,4% di Q1, masih lebih kuat dari ekspektasi +1,2% dan Deflator PCE inti AS bulan Juni naik +0,6% m/m dan +4,8% y/y, lebih kuat dari ekspektasi +0,5% m/m dan +4,7% y/y. Namun, hasil T-note pada hari Jum’at menyerahkan kenaikan awal dan berbalik lebih rendah dan membebani dolar.

Pengeluaran pribadi AS bulan Juni naik +1,1% m/m, sedikit lebih kuat dari ekspektasi +1,0% m/m sedangkan Pendapatan pribadi AS naik +0,6% m/m, lebih kuat dari ekspektasi +0,5% m/m. Kenaikan pengeluaran mencerminkan kenaikan barang sebesar $94,9 miliar dan jasa sebesar $86,2 miliar. Tingkat tabungan pribadi terus menurun, mencapai 5,1% pada bulan Juni. Rata-rata pra-pandemi adalah 7,5%, yang menyiratkan, bahwa konsumen terus mengurangi tabungan mereka yang terkumpul selama pembatasan pandemi.

Ekonomi AS melambat untuk kuartal ke_dua berturut-turut pada tahun 2022, memasuki resesi teknis. Namun bagi orang-orang di Biro Riset Ekonomi Nasional, definisi resesi jauh lebih rumit. Secara resmi, NBER mendefinisikan resesi sebagai “penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan berlangsung lebih dari beberapa bulan.” Para ekonom biro, bahkan mengaku tidak menggunakan produk domestik bruto, ukuran aktivitas terluas, sebagai barometer utama. Meskipun, sejak 1948 dari dua kuartal pertumbuhan negatif berturut-turut bertepatan dengan resesi, tetapi kali ini mungkin sedikit berbeda.

Nonfarm payrolls tumbuh rata-rata 457k per bulan selama enam bulan pertama tahun ini, hampir tidak ada kondisi yang terkait dengan penurunan ekonomi. Selain itu, ada 11,3 juta lowongan pekerjaan dan hanya 5,9 juta pekerja yang tersedia untuk mengisinya, menunjukkan perekrutan masih kuat. Tingkat pengangguran stabil di 3,6%, terendah dari tingkat pra-pandemi. Pengeluaran konsumen pada tingkat dolar masih solid, tetapi ketika disesuaikan dengan inflasi tertinggi selama 40 tahun, itu jauh lebih sedikit. Defisit perdagangan AS mencapai rekor tertinggi di bulan Maret, negatif lainnya untuk GDP. Persediaan telah tertinggal, yang juga menghambat pertumbuhan seperti yang diukur oleh Biro Analisis Ekonomi.

Namun, ada banyak hal yang membuat kondisi saat ini terasa seperti resesi dari harga yang melambung tinggi, kelangkaan produk yang meluas dan peringatan dari perusahaan seperti Walmart bahwa laba menyusut karena perubahan kebiasaan konsumen.

NBER umumnya menggunakan enam faktor untuk mengukur kondisi resesi: pendapatan pribadi riil dikurangi pembayaran transfer, nonfarm payrolls, pekerjaan sebagaimana diukur oleh survei rumah tangga Biro Statistik Tenaga Kerja, pengeluaran konsumsi pribadi riil, penjualan yang disesuaikan dengan fluktuasi harga dan produksi industri. Menurut NBER, “perekonomian tidak pernah dalam resesi, ketika setidaknya tiga indikator NBER naik selama sebulan, sementara kita belum memiliki penjualan riil hingga Mei, pekerjaan non_pertanian, pendapatan pribadi riil dikurangi transfer dan produksi industri semuanya naik selama bulan itu, menunjukkan ekonomi belum dalam resesi.” ¹)

Namun, ekonomi yang melambat mungkin menjadi apa yang dibutuhkan AS untuk memenangkan perjuangannya melawan inflasi. Ketika ekonomi dibuka kembali untuk pemulihan dari pandemi, rebound ekonomi begitu kuat, karena konsumen membelanjakan tabungan mereka dan stimulus yang dipompa ke pasar. Tapi dukungan pemerintah dan Bank Sentral telah mendorong harga naik, sehingga inflasi menjadi tidak terkendali ditengah permintaan yang kuat dan pasokan yang rendah.

Untuk mengembalikan inflasi ke target 2%, Bank Sentral AS menaikkan suku bunga empat kali sejak Maret 2022, sekarang tercermin dalam perekonomian dari laporan data yang masuk. Ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 0,9% pada kuartal kedua berturut-turut, mencerminkan pelemahan ekonomi dengan melambatnya belanja konsumen di tengah kenaikan harga, penurunan investasi dan aktivitas ekonomi dan penurunan pada pasar perumahan.

Bank Sentral mengatakan ekonomi AS tidak dalam resesi saat ini, namun mengakui bahwa ekonomi sedang melambat dan kemungkinan perlu lebih melambat untuk membawa inflasi kembali ke target. The Fed ingin melihat permintaan turun lebih lanjut untuk memberi ruang bagi inflasi turun tanpa memasuki resesi yang dalam. Idenya, bahwa ekonomi yang melambat membuat tekanan inflasi menurun dan harga akan tenang, sehingga The Fed dapat mengurangi kenaikan suku bunga agresif dan akan menuju kenaikan yang lebih kecil dalam pertemuan mendatang. Namun, dengan ekonomi yang menyusut, permintaan bisa turun secara drastis sehingga ekonomi dapat terdorong ke dalam resesi. Dalam hal ini, posisi bank Sentral memang memainkan pedal rem dan gas agar tetap seimbang.

Data pasar tenaga kerja yang akan datang akan menjadi ukuran yang dipantau pasar untuk menilai prospek resesi.

Tinjauan Teknis

USDIndex menutup bulan Juli di harga 105,66 dengan mengumpulkan keunggulan sebesar +1,1% sepanjang bulan tersebut. Secara teknis indeks masih berada di dalam lorong naik, meskipun saat ini turun di bawah rata-rata pergerakan eksponensial 26 hari. Bias awal pekan, kemungkinan masih netral dan masih bergerak dalam ruang terikat terlebih dahulu. Penurunan lebih lanjut akan menguji 103,93 sebagai resistance tahunan yang kini menjadi support. Namun, sebelum sampai ke level ini,  penurunan kemungkinan terhalang oleh ascending trendline dan EMA 52 hari. Pada sisi atas, pergerakan di atas resistance 107,27 akan membawa pengujian ulang harga puncak 109,12.

¹). cnbc

Klik disini untuk mengakses Kalender Ekonomi

Ady Phangestu

Market Analyst – HF Educational Office – Indonesia

Disclaimer : Materi ini disediakan sebagai komunikasi pemasaran umum dengan tujuan hanya sebagai informasi semata dan bukan sebagai riset investasi independen. Di dalam komunikasi ini tidak mengandung saran maupun rekomendasi investasi atau permintaan dengan maksud untuk pembelian atau penjualan instrumen keuangan apa pun. Semua informasi yang disajikan berasal dari sumber yang terpercaya, bereputasi baik. Segala informasi yang memuat indikasi kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan atau indikator atas kinerja masa depan yang bisa diandalkan. Pengguna harus menyadari, bahwa segala investasi dalam Produk dengan Leverage memiliki tingkat ketidakpastian tertentu dan bahwa segala investasi sejenis ini melibatkan risiko tingkat tinggi yang kewajiban dan tanggung jawabnya semata-mata ditanggung oleh pengguna. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari investasi apa pun yang dilakukan berdasarkan informasi yang disediakan dalam komunikasi ini. Dilarang produksi ulang atau mendistribusikan lebih lanjut komunikasi ini tanpa izin tertulis sebelumnya dari kami.

Peringatan Risiko : Perdagangan Produk dengan Leverage seperti Forex dan Derivatif mungkin tidak cocok bagi semua investor karena mengandung risiko tingkat tinggi atas modal Anda. Sebelum melakukan perdagangan, harap pastikan bahwa Anda memahami sepenuhnya kandungan risiko yang terlibat, dengan mempertimbangkan tujuan investasi dan tingkat pengalaman Anda dan bila perlu carilah saran dan masukan dari pihak independen.