Pandemi dan Kekacauan Logistik

Ekonomi global sedang berjuang, pemerintahan dunia sedang membenahi puzzle ekonomi yang berserakan. Dampak pandemi tidak hanya pada kesehatan dan kematian, tetapi juga telah menimbulkan efek domino yang berkepanjangan. Untuk mencegah penularan dengan alasan kesehatan, lockdown diberlakukan. Meski jumlah kematian berkurang, tingkat penularan juga terlihat menurun, namun dampak ekonomi terlihat semakin suram. Dari rantai pasokan yang lumpuh, hingga krisis energi yang mengancam Eropa dan Asia. Ada risiko yang jelas ditakuti tentang pertumbuhan yang melambat, disisi lain inflasi semakin panas, karena biaya transportasi, distribusi dan akomodasi pengiriman meningkat sejak pelabuhan beroperasi dengan kapasitas yang dikurangi. Kemacetan terjadi bukan hanya di pelabuhan dengan kapal-kapal yang belum bisa bongkar muatan, bahkan kemacetan berawal dari rumah produksi hingga sampai ke konsumen. Kondisi demikian sangat tidak baik.

Para pejabat Bank Sentral telah berusaha meredam kekhawatiran dengan mengatakan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang disebutkan di atas hanya bersifat sementara. Namun sepertinya tidak dalam waktu dekat. Bank Sentral telah berupaya untuk menopang ekonomi dengan kucuran dana stimulus berukuran raksasa, suku bunga yang rendah, namun jalan menuju pemulihan penuh dengan borok yang disebabkan pandemi dan kebijakan pemerintah dalam berperang melawan Covid-19.

Di pasar, harga saham bergerak dengan tidak wajar dengan fundamental perusahaan yang beragam karena peningkatan biaya yang menelan margin keuntungan. Sedang di pasar forex, mata uang Jepang dengan hasil rendah dari ekonomi surplus yang cenderung melemah selama fase risk-on di pasar global. Jika inflasi tetap tinggi secara global, akan mendukung imbal hasil obligasi asing untuk naik lebih tinggi lagi. Namun, BoJ pada dasarnya menjaga batas atas imbal hasil Jepang, sehingga mereka tidak dapat benar-benar berpartisipasi dalam reli global apa pun, membuat yen kurang menarik.  Yen telah kehilangan sekitar 10% sepanjang tahun ini terhadap USD. Selain Yen, yang cukup riskan adalah mata uang EUR karena krisis energi akan mengancam pemulihan yang rapuh. Sedangkan AUD dibayang-bayangi oleh pertumbuhan ekonomi China yang perlahan-lahan mundur dengan sebab yang sama, kekurangan pasokan energi!

Klik disini untuk mengakses Kalender Ekonomi

Ady Phangestu

Market Analyst

Disclaimer : Materi ini disediakan sebagai komunikasi pemasaran umum dengan tujuan hanya sebagai informasi semata dan bukan sebagai riset investasi independen. Di dalam komunikasi ini tidak mengandung saran maupun rekomendasi investasi atau permintaan dengan maksud untuk pembelian atau penjualan instrumen keuangan apa pun. Semua informasi yang disajikan berasal dari sumber yang terpercaya, bereputasi baik. Segala informasi yang memuat indikasi kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan atau indikator atas kinerja masa depan yang bisa diandalkan. Pengguna harus menyadari, bahwa segala investasi dalam Produk dengan Leverage memiliki tingkat ketidakpastian tertentu dan bahwa segala investasi sejenis ini melibatkan risiko tingkat tinggi yang kewajiban dan tanggung jawabnya semata-mata ditanggung oleh pengguna. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari investasi apa pun yang dilakukan berdasarkan informasi yang disediakan dalam komunikasi ini. Dilarang produksi ulang atau mendistribusikan lebih lanjut komunikasi ini tanpa izin tertulis sebelumnya dari kami.

Peringatan Risiko : Perdagangan Produk dengan Leverage seperti Forex dan Derivatif mungkin tidak cocok bagi semua investor karena mengandung risiko tingkat tinggi atas modal Anda. Sebelum melakukan perdagangan, harap pastikan bahwa Anda memahami sepenuhnya kandungan risiko yang terlibat, dengan mempertimbangkan tujuan investasi dan tingkat pengalaman Anda dan bila perlu carilah saran dan masukan dari pihak independen.